Varietas Unggul Kopi Arabika Gayo 1 dan Gayo 2 – Kopi arabika merupakan komoditas penting bagi perekonomian masyarakat di Dataran Tinggi Gayo, yakni di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Berada pada ketinggian diatas 1.100 m di atas permukaan laut (dpl), daerah ini cocok untuk perkebunan kopi arabika. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember Jawa Timur dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Nanggroe Aceh Darussalam telah melakukan seleksi kopi arabika yang ditanam petani di Dataran Tinggi Gayo untuk mencari kopi yang bercita rasa tinggi dan disenangi konsumen luar negeri.
Kopi arabika dari Dataran Tinggi Gayo telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul lokal dengan nama Gayo 1 dan Gayo 2. Kopi Gayo juga sudah memperoleh sertifikat Indikasi Geografis dan dikenal sebagai kopi organik berwawasan lingkungan. Kopi Gayo memiliki harga premium karena mutu dan cita rasanya sangat baik hingga dikenal di dunia. Kopi Gayo cukup diperhitungkan dalam peta kopi arabika dunia, termasuk kopi organik. Ketenaran kopi arabika Gayoini telah menarik investor nasional dan internasional untuk mengusahakannya. Karena itulah, perkebunan kopi menjadi sumber pendapatan utama masyarakat Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Varietas Gayo 1 memiliki ciri pertumbuhannya tinggi dan kokoh, warna daun hijau tua, pupus coklat muda, buah muda hijau bersih, buah masak merah cerah, bentuk buah agak memanjang, ujungnya agak tumpul, masak buah kurang serempak, lebih toleran penyakit karat daun (Hemileiavastatrix), mutu fisik dan seduhan sangat baik, dan sesuai ditanam di daerah kurang dari 1.250 m dpl. Varietas Gayo 2 memiliki ciri pertumbuhan tinggi melebar dan perdu kokoh, warna daun hijau tua, pupus coklat kemerahan, buah merah agak bulat, agak tahan penyakit karat daun, mutu fisik dan seduhan sangat baik, dan sesuai ditanam di daerah lebih dari 1.400 m dpl.
Karena memperoleh sertifikat Indikasi Geografis dan terkenal dengan kopi organik berwawasan lingkungan, membuat petani memiliki harga tinggi karena telah memenuhi standar internasional terkait dengan pelestarian alam dan pembangunan berwawasan lingkungan.
Kesulitan utama dalam memanfaatkan biji sorgum untuk dikonsumsi secara aman adalah menghilangkan kandungan tanin dalam kulit biji (perikarp) karena perikarp menyatu kuat dengan inti biji (endosperm). Cara untuk memisahkan bagian perikarp dengan inti biji yaitu melalui penyosohan. Penyosohan bukan hanya untuk memperoleh biji sorgum yang berwarna putih (cerah), tetapi juga untuk menurunkan kadar tanin (senyawa fenol) yang terkandung dalam lapisan pericarp biji. Semakintinggi nilai keputihan biji, semakin rendah kandungan tanin. Dengan demikian, menyosoh biji sorgum dua kali akan menghasilkan biji yang dapat dikonsumsi secara aman.
Baca Juga : https://kopigayoasli.com/varietas-unggul-kopi-arabika-gayo-1-dan-gayo-2/

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) telah mengembangkan mesin penyosoh sorgum tipe abrasivedengan kapasitas kerja 150 kg/jam. Pada tahun 2012, mesin tersebut dimodifikasi dan disempurnakan dengan menambahkan komponen bucket elevator dan pengayak biji sehingga kapasitasnya menjadi 200 kg/jam.
Hasil uji unjuk kerja mesin penyosoh sorgum menunjukkan bahwa kapasitas yang dicapai sampai sosoh kesatu sebesar 202 kg/jam. Penyosohan dilakukan dua kali dengan kualitas hasil sosohan optimum pada kapasitas 120 kg/jam. Dengan demikian, mesin menyosoh biji sorgum yang telah dikembangkan akan menghasilkan biji yang dapat dikonsumsi secara aman. Informasi ini dimuat pada artikel Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Warta Penelitian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Sistem tanam tebu yang biasa diterapkan petani adalah sistem tanam baris ganda, dengan jarak tanam pusat ke pusat (PKP) 100-110 cm dan lebar juringan 50-60 cm. Dalam juringan ditanam benih dalam bentuk bagal dua baris. Sistem tanam baris ganda berbeda dengan sistem tanam juring ganda. Pada sistem tanam juring ganda, jarak tanamnya lebar, yaitu 135 cm + (50 cm x 50 cm). Jarak tanam 50 cm x 50 cm adalah PKP dari dua juring. Sistem lainnya Teknik bongkar ratun dapat dilakukan secara mekanis atau secara manual sesuai ketersediaan sarana. Untuk persiapan tanam, lahan dibajak dan digaru, selanjutnya dibuat juringan sesuai dengan PKP yang telah ditentukan. Penyulaman harus dilakukan bila dalam barisan tanaman tebu terdapat lebih dari 50 cm area yang kosong (tidak ada tanaman tebu yang tumbuh).
Pemeliharaan lainnya adalah pengklentekan/ pengelupasan pelepah daun tua/kering. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan batang, memperkeras kulit, menekan pertumbuhan sunten (tunas pada batang), mecegah tebu roboh, dan mencegah kebakaran. Pengklentekan pertama,kedua, dan ketiga dilakukan pada umur 4-5 bulan, 7-8 bulan, dan 1-2 bulan sebelum panen.